WelCoMe tO My bLoGzzz

Blog Gudangnya materi tekpend
lengkap kap kap....
ga nyesel dwehhh buka blog nieh
hey...hey..
welcome...wilujeng sumping...

Rabu, 07 Januari 2009

SEMIOTIKA

Semiotik

Secara etimologis istilah semiotika berasal dari bahasa Yunani “semeion” yang berarti tanda. Semiotika kemudian didefinisikan sebagai studi tentang tanda dan cara tanda-tanda itu bekerja. Semiotik atau semiologi merupakan terminologi yang merujuk pada ilmu yang sama. Istilah semiologi lebih banyak digunakan di Eropa sedangkan semiotik lazim dipakai oleh ilmuwan Amerika. dalam bahasa Inggris itu adalah ilmu yang mempelajari sistem tanda seperti: bahasa, kode, sinyal, dan sebagainya. Semiotik meliputi tanda-tanda visual dan verbal serta atau sinyal yang bisa diakses dan bisa diterima oleh seluruh indera yang kita miliki

Umberto Eco mendefinisikan semiotika sebagai “sebuah disiplin yang mempelajari segala sesuatu yang dapat digunakan untuk berdusta. Ferdinand de Saussure dalam Course in General Linguistics mendefinisikan semiotika sebagai:
“ilmu yang memepelajari struktur, jenis, tipologi, serta relasi-relasi tanda dalam penggunaannya di dalam masyarakat”.

Pokok perhatian semiotika adalah tanda. Tanda itu sendiri adalah sebagai sesuatu yang memiliki ciri khusus yang penting. Pertama, tanda harus dapat diamati, dalam arti tanda itu dapat ditangkap. Kedua, tanda harus menunjuk pada sesuatu yang lain. Artinya bisa menggantikan, mewakili dan menyajikan. Tanda dan hubungan-hubungannya adalah kunci dari analisis semiotik.
Dimana relasi tersebut kemudian memunculkan makna.Semiotika sebagai ilmu mempunyai tiga fokus area pembelajaran, yaitu tanda, sistem yang mengaturnya, dan budaya dimana tanda tersebut berada. Tanda merupakan sesuatu yang bersifat fisik, bisa dipersepsi oleh indra. Umberto Eco menjelaskan lebih lanjut bahwa tanda adalah hal yang dapat diambil sebagai penanda yang mempunyai arti penting untuk menggantikan sesuatu yang lain. Hal ini berkaitan dengan definisinya tentang semiotika sebagai “teori kedustaan”. Tanda menurut Saussure terdiri atas dua unsur yaitu penanda (signifier) dan petanda (signified). Penanda adalah aspek material dari bahasa: apa yang dikatakan atau didengar dan apa yang ditulis atau dibaca. Sedangkan penanda adalah aspek mental dari bahasa: gambaran mental, pikiran atau konsep. Secara bersamaan keduanya akan membuat suatu tanda.Saussure menjelaskan bahwa terdapat enam prinsip dasar dalam semiotika.
prinsip struktural. Tanda dilihat sebagai sebuah kesatuan antara sesuatu yang bersifat material dan konseptual. Yang menjadi fokus penelitian adalah relasi antara unsur-unsur tersebut, karena dari relasi tersebut akan menghasilkan makna.
prinsip kesatuan. Sebuah tanda merupakan kesatuan yang tidak dapat dipisahkan antara bidang penanda yang bersifat konkrit atau material dengan bidang petanda.
prinsip konvensional. Realsi antara penanda dan petanda sangat tergantung pada apa yang disebut konvensi, yaitu kesepakatan sosial tentang bahasa (tanda dan makna) di antara komunitas bahasa.
prinsip sinkronik. Tanda dipandang sebagai sebuah sistem yang tetap di dalam konteks waktu yang dianggap konstan, stabil dan tidak berubah.
prinsip representasi. Tanda merepresentasikan suatu realitas yang menjadi rujukan atau referensinya.
prinsip kontinuitas. Relasi antara sistem tanda dan penggunanya secara sosial dipandang sebagaia sebuah continuum, mengacu pada struktur yang tidak pernah berubah.
Menurut Saussure tanda memiliki tiga wajah yaitu tanda itu sendiri (sign), aspek material (suara, huruf, bentuk, gambar, gerak) dari tanda yang berfungsi menandakan atau yang dihasilkan oleh aspek material (signifier), dan aspek mental atau konseptual yang dibentuk oleh aspek materil (signified)




Perbedaan Semiotik Signifikasi dengan Semiotik Komunikasi

Perbedaan antara semiotik signifikasi dan semiotik komunikasi dapat dilihat dalam beberapa aspek. Pertama, semiotik signifikasi berkaitan tidak hanya dengan tanda yang sengaja dibuat oleh manusia, melainkan mencakup juga tanda lainnya yang dapat dipahami manusia, yaitu (1) peristiwa fisik yang berasal dari alam, misalnya asap merupakan indeks dari api; dan (2) tingkah laku manusia yang tidak secara sengaja dikehendaki pengirimnya (non-intentional), misalnya gerak isyarat tangan (gesture) saat berbicara (Eco 1976: 16-17).

Semiotik komunikasi berkaitan dengan tanda dalam penggunaannya yang bersifat interpersonal, misalnya produsen produk tertentu (sender) membuat iklan (message) untuk calon konsumennya (receiver) dan para calon pembeli kemudian menafsirkan iklan tersebut. Dengan kata lain, dalam semiotik signifikasi pemaknaan tanda bersifat searah dan individual, sedangkan dalam semiotik komunikasi pemaknaan tanda bersifat timbal-balik dan interpersonal.

Semiotika merupakan bidang studi tentang tanda dan cara tanda-tanda itu bekerja (dikatakan juga semiologi). Dalam memahami studi tentang makna setidaknya terdapat tiga unsur utama yakni; (1) tanda, (2) acuan tanda, dan (3) pengguna tanda. Tanda merupakan sesuatu yang bersifat fisik, bisa dipersepsi indra kita, tanda mengacu pada sesuatu di luar tanda itu sendiri, dan bergantung pada pengenalan oleh penggunanya sehingga disebut tanda. Misalnya; mangacungkan jempol kepada kawan kita yang berprestasi. Dalam hal ini, tanda mengacu sebagai pujian dari saya dan ini diakui seperti itu baik oleh saya maupun teman saya yang berprestasi. Makna disampaikan dari saya kepada teman yang berprestasi maka komunikasi pun berlangsung.

Perbedaan antara semiotic Barthes dan Pierce

Peirce menjadikan tanda tidak hanya sebagai representatif, tetapi juga interpretatif (Hoed, 2002:21). Maksudnya, tanda tidak hanya mewakili sesuatu, tetapi juga membuka peluang bagi penafsiran kepada yang memakai dan menerimanya. Jadi, setiap tanda diberi makna oleh manusia dengan mengikuti proses yang disebutnya semiosis. Teori Peirce tentang tanda memperlihatkan pemaknaan tanda menjadi suatu proses kognitif dan bukan sebuah struktur. Contoh :apabila seseorang melihat plat nomer mobil berwarna merah bahwa mobil itu adalah milik pegawai pemerintahan atau milik pejabat ‘mobil dinas’

Peirce membagi tanda menjadi tiga jenis: indeks, ikon, dan lambang. Indeks adalah melihat keterkaitan atau hubungan kausal antara dasar dan objeknya. Misalnya, mendung adalah indeks dari hujan; bau busuk adalah indeks dari bangkai. Ikon adalah hubungan antara tanda dan acuannya yang berupa hubungan kemiripan. Dengan kata lain, terjadi kemiripan identitas antara tanda dan objeknya. Contoh, poster dan foto yang menjadi ikon dari gambar orang atau tanda yang terpampang di poster atau foto itu. Lambang sendiri adalah hubungan yang terbentuk secara konvensional.

Barthes disebut “sistem primer”, sedangkan perkembangannya disebut “sistem sekunder”. Sistem primer dipergunakan pada waktu tanda itu diproduksi dan dipahami pada taraf pertama, sementara sistem sekunder dipergunkan pada waktu tanda itu dikembangkan. Sistem primer hanya ada satu, sedangkan sistem sekunder ada dua jenis: konotasi dan metabahasa. Konotasi adalah penilaian yang diberikan oleh pemakai atau penerima tanda terhadap tanda itu. Sedangkan metabahasa terjadi pada kalangan ilmu pengetahuan di mana content tetap dipertahankan hubungannya dengan expression meskipun expression itu berubah-ubah.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar